Tentang Kedungtuban


PROFIL WILAYAH KEC. KEDUNGTUBAN
Kecamatan Kedungtuban terletak cukup jauh yaitu sekitar 50 km dari pusat kota Kabupaten Blora, namun terletak cukup dekat dengan pusat Kota Cepu yaitu dengan jarak sekitar 12 Km. Secara geografis Kecamatan Kedungtuban, Blora terletak di antara 7̊06’49.98”S dan 111̊28’31.87”T. 
Batas administratif Kecamatan Kedungtuban meliputi utara berbatasan dengan Kecamatan Jepon, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Randublatung, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sambong, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kunduran.
 Secara sistematis Kecamatan Kedungtuban mengalami perkembangan. Hal tersebut didasarkan pada letak Kecamatan Kedungtuban berada pada lokasi yang strategis yaitu  terletak di lintas selatan Blora serta berada di dekat Blok Cepu (suatu kawasan pertambangan minyak dan gas yang berada di Kecamatan Cepu dengan jarak kurang lebih 12 Km) yang dapat mempengaruhi Kecamatan Kedungtuban untuk semakin berkembang. Selain itu, jalan utama sebagai akses masuk Kecamatan Kedungtuban merupakan akses penghubung antara Kecamatan Cepu dan Kecamatan Kradenan. 




POTENSI  DAN PERMASALAHAN KEC. KEDUNGTUBAN 

Potensi Kecamatan Kedungtuban
1.        Fisik Alamiah (Fisik, Sumberdaya Alam, dan Penggunaan Lahan)
Keadaan fisik alamiah yang ada di Kecamatan Kedungtuban sangat mendukung sumberdaya alam yang ada di Kecamatan Kedungtuban. Potensi alam yang ada di Kecamatan Kedungtuban yaitu berupa potensi pertanian, kehutanan serta pertambangan.
Potensi pertanian dan kehutanan sangat didukung oleh kondisi fisik seperti topografi Kecamatan Kedungtuban yang datar dan landai. Apalagi dengan banyaknya sungai - sungai yang mengalir di semua desa di Kecamatan Kedungtuban.  Walaupun tingkat intensitas curah hujan di Kecamatan Kedungtuban tergolong rendah, namun lahan pertanian tidak mengalami kekurangan pengairan, karena terfasilitasi dari potensi hidrologi berupa sungai – sungai di sana dan dari sumur air bawah tanah. Jenis tanah yang ada di Kecamatan Kedungtuban yang berupa tanah aluvial dan grumusol yang subur untuk lahan pertanian, serta tanah mediteran yang cocok untuk kawasan kehutanan.
Dengan faktor – faktor alam yang mendukung tersebut, potensi pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan di Kecamatan Kedungtuban. Hal tersebut dapat dilihat pada alokasi penggunaan lahan terbesar pada pertanian dan hutan dibandingkan dengan fungsi kawasan lain. Potensi pertanian di Kecamatan Kedungtuban menjadi prestasi bagi Kecamatan Kedungtuban yang menjadi lumbung padi Kabupaten Blora. Selain itu, hutan jati yang ada di Kecamatan Kedungtuban menjadi hutan rakyat di Kabupaten Blora.
Pertambangan yang terdapat di Kecamatan Kedungtuban  meliputi pertambangan minyak bumi dan gas alam serta pertambangan pasir di Sungai Bengawan Solo. Potensi – potensi sumberdaya alam tersebut menjadi penyokong perekonomian warga Kecamatan Kedungtuban, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian tersebut memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Blora. Hal tersebut ditunjukkan dengan peringkat pertumbuhan PDRB Kecamatan Kedungtuban tahun 2006 – 2010 yang menempati peringkat kedua setelah Kecamatan Blora.

2.       Populasi/ Demografi
Potensi demografi/ kependudukan di Kecamatan Kedungtuban adalah dominasi usia angkatan kerja yang tinggi, dengan presentase sebesar 63% dari total penduduk pada tahun 2010. Angkatan kerja tersebut jika dioptimalkan perannya akan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Selain itu, tingginya jumlah penduduk usia sekolah pada masa yang akan datang mampu menggantikan angkatan kerja dan mampu memperbaiki perekonomian dengan  pendidikan yang dimiliki.

3.       Ekonomi
Potensi perekonomian Kecamatan Kedungtuban adalah dari sektor pertanian dan sector listrik, gas dan air bersih khususnya pada pengeboran gas. Pertanian menjadi salah satu potensi yang paling unggul karena didukung oleh jenis tanah yang cocok untuk pertanian, penggunaan lahan yang cukup besar serta pengairan yang baik.Sehingga sektor pertanian yang ada di Kecamatan Kedungtuban menjadi sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Kecamatan Kedungtuban serta menjadi salah satu lumbung padi untuk Kabupaten Blora.

Potensi lainnya adalah dari sektor gas.Di Kecamatan Kedungtuban terdapat pengeboran gas tepatnya di Desa Bajo.Pengeboran gas tersebut berpotensi karena tidak semua kecamatan di Kabupaten Blora memiliki potensi gas seperti di Kecamatan Kedungtuban.Sehingga gas menjadi salah satu potensi perekonomian yang cukup baik meskipun kurang berkontribusi dalam PDRB Kecamatan Kedungtuban.

4.      Infrastruktur dan Fasilitas
Jaringan Jalan
Kecamatan Kedungtuban merupakan kecamatan dengan klasifikasi fungsi jalan berupa kabupaten, jalan lokal, dan jalan lingkungan.  Jalan Kabupaten yang melintas di Kecamatan Kedungtuban sangat berpotensi dan berpengaruh terhadap kemajuan desa yang dilaluinya, yaitu Desa Sogo, Desa Ngraho, dan Desa Nglandeyan. Ketiga desa tersebut, khususnya Desa Sogo dan Ngraho, menjadi desa yang berkembang lebih cepat dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Kedungtuban.

Persampahan
Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Kedungtuban memiliki potensi tersendiri. Sampah organik yang ditimbun di dalam tanah oleh masyarakat Kedungtuban nantinya dapat menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kedungtuban yang sebagian besar merupakan petani. Dengan demikian, biaya produksi petani yang memakai pupuk kompos tersebut dapat ditekan. Di samping itu, masyarakat Kedungtuban juga mendapat penghasilan tambahan dari hasil penjualan pupuk kompos tersebut.

5.       Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan masyarakat di Kecamatan Kedungtuban cukup baik, ditandai dengan adanya organisasi – organisasi dalam masyarakat seperti PKK, LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Karang Taruna, dan Organisasi Masyarakat Islam (Ormas Islam)  seperti NU (Nahdhatul Ulama), Muhammadiyah dan MTA (Majelis Tafsir Alquran).
Banyaknya organisasi tersebut menjadikan kehidupan kemasyarakatan yang lebih dinamis dan solutif, karena banyaknya kegiatan – kegiatan masyarakat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Sebagai contoh organisasi petani yaitu Gapoktan yang dapat menyejahterakan petani, karang taruna yang dapat meningkatkan rasa kekeluargaan pemuda warga, dan sebagainya.
Adanya gapoktan di kecamatan ini juga berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat tani. Hal tersebut dikarenakan gapoktan adalah wadah bagi kelompok-kelompok tani untuk bergabung dan bekerjasama dalam dinamika kelompok untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Adanya gapoktan juga akan memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para  petani untuk mengembangkan usahanya. Saat ini, di tiap desa di Kecamatan Kedungtuban rata-rata memiliki 3-6 gapoktan. Bahkan Desa Ngraho telah memiliki 12 gapoktan dan Desa Wado memiliki 16 gapoktan.
Selain itu, organisasi masyarakat islam yang ada di Kecamatan Kedungtuban, seperti NU, Muhammadiyah dan MTA merupakan organisasi yang aktif dibandingkan dengan organisasi – organisasi lainnya. Kegiatan ormas berupa pengajian warga sudah berjalan sejak dahulu dan sudah berjalan dengan rutin. Hal tersebut dapat meningkatkan jiwa sosial yang erat antar warga.
Banyaknya organisasi yang berjalan aktif di kalangan warga, dapat meningkatkan rasa kekeluargaan sehingga di Kecamatan Kedungtuban, kerja gotong royong menjadi suatu tradisi warga.

Permasalahan Wilayah
Potensi yang dimiliki Kecamatan Kedungtuban bukan berarti menunjukkan bahwa wilayah ini maju. Hal ini disebabkan karena masih banyak permasalahan yang tidak dapat diabaikan, karena permasalahan ini akan menyebabkan dampak negatif bagi perkembangan Kecamatan Kedungtuban. Masalah–masalah yang dialami pun sangatlah beragam, mulai dari permasalahan fisik dan sumberdaya alam, penggunaan lahan, populasi/ demografi, ekonomi, infrastruktur dan fasilitas, kelembagaan masyarakat, serta aspek sosial. Masalah-masalah sektoral tersebut berkaitan erat dengan masalah utama yang melanda wilayah ini, yaitu kemiskinan penduduk Kedungtuban.

1.        Permasalahan Fisik Alamiah (Fisik, Sumberdaya Alam, dan Penggunaan Lahan)
Keberadaan sungai di Kecamatan Kedungtuban, seperti Sungai Wulung, Sungai Gelandangan dan Sungai Bengawan Solo bukan hanya mendatangkan manfaat bagi penduduk untuk membantu irigasi pertanian, namun juga mendatangkan masalah. Masalah yang dialami adalah ancaman banjir saat musim hujan tiba. Masalah ini akan melanda penduduk yang bermukim di sekitar sungai tersebut. Namun masalah banjir ini terakhir terjadi tahun 2007 di Sungai Bengawan Solo. Saat ini hanya terjadi peluapan air sungai jika musim hujan tiba.
Masalah yang terjadi dalam penggunaan lahan adalah keberadaan pemukiman di bantaran sungai yang terdapat hampir di seluruh desa di Kecamatan Kedungtuban. Kondisi ini rawan untuk pemukiman di bantaran sungai, karena jika suatu saat terjadi luapan sungai kemungkinan akan menggenangi pemukiman tersebut.
 
2.    Populasi/ Demografi
Dilihat dari jumlah penduduknya, Kecamatan Kedungtuban memiliki jumlah penduduk yang tidak begitu besar. Kondisi ini dapat dilihat dari sebagian besar wilayah yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Namun, tingkat pendidikan penduduk yang rendah mendatangkan masalah kemiskinan bagi penduduk di wilayah ini. Kondisi ini diperparah dengan minimnya ketrampilan penduduk untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, sehingga memaksa penduduk untuk bekerja sebagai petani/ buruh tani. Dengan rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk, sebagian besar penduduk di wilayah ini tergolong dalam keluarga Sejahtera I dengan jumlah 6.770 Keluarga (40,4%) dan keluarga Prasejahtera sebesar 5.345 Keluarga (31,9%).

3.    Ekonomi
Perekonomian penduduk kecamatan ini kurang baik meskipun dari data BPS, PDRB Perkapitanya cukup tinggi terutama dari sektor pertaniannya. Berdasarkan PDRB Tahun 2010, 74% dari nilai tersebut disumbangkan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 112.825.060.000 dari  150,806.880.000.  Sedangkan berdasarkan pertumbuhan ekonominya, Kecamatan Kedungtuban berada di peringkat ke-2 setelah Kecamatam Blora. Padahal lebih dari 50% penduduk Kecamatan Kedungtuban tergolong masyarakat pra sejahtera. Hal ini dikarenakan banyak penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani yang meminjam modal ke Bank, sehingga saat musim panen tiba, penghasilan akan dikembalikan lagi ke Bank untuk membayar hutang. Kondisi ini tentu memberikan dampak bagi perekonomian keluarga. Penghasilan sebagai petani/ buruh tani yang sangat minim menyebabkan sebagian besar keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik.


   
4.    Infrasturktur dan Fasilitas
Kemiskinan yang melanda penduduk memiliki hubungan erat dengan ketersediaan infrastruktur dan fasilitas di Kecamatan Kedungtuban. Kondisi infrastruktur yang menjadi masalah besar di wilayah ini adalah kondisi jalan yang sebagian mengalami kerusakan, sehingga  memberikan hambatan bagi mobilitas penduduk untuk mendukung aktivitasnya. Selain itu, di sebagian sisi jalan belum memiliki penerangan jalan pada malam hari, sehingga rawan terjadi kecelakaan.
 Kerusakan jalan ini juga dipengaruhi karena kondisi drainase yang buruk di wilayah ini. Sebagian besar jalan di wilayah ini tidak memiliki drainase di sisi kanan kirinya, sehingga menyebabkan aspal jalan mudah tergerus air hujan. Buruknya kondisi drainase juga terlihat di sekitar pemukiman warga. Jaringan drainase di pemukiman warga sebagian besar masih sangat tradisional, bahkan terdapat beberapa rumah warga yang tidak memiliki drainase. Kondisi ini menyebabkan terjadinya banjir di beberapa desa pada saat hujan turun. Selain itu, kondisi telekomunikasi juga kurang baik karena jaringan telekomunikasinya yang terganggu sehingga menyebabkan sulitnya kurang lancarnya komunikasi.


Rendahnya kesadaran penduduk dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dasar juga dirasakan pada ketersediaan sanitasi. Di beberapa desa, masih ditemukan penduduk yang membuang limbah manusia di jamban tradisional (WC Blung). Bahkan, di desa-desa yang dekat dengan sungai, penduduknya membuang limbah manusia ke sungai tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan penduduk serta pencemaran lingkungan.
Selain karena kurangya kesadaran masyarakat, rendahnya tingkat kesehatan penduduk di wilayah ini juga disebabkan karena sarana kesehatan yang kurang memadai. Hanya terdapat 2 (dua) Puskesmas Induk dan 2 (dua) Puskesmas Pembantu, serta 2 (dua) Polindes di wilayah ini. Selain itu, kondisi sarana kesehatan tersebut juga kurang memadai dan pelayanan yang kurang memuaskan.
  Selain sarana kesehatan, sarana lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah sarana pendidikan. Salah satunya adalah kurangnya gedung TK di Desa Nglandeyan, yang hanya memiliki satu gedung yang dimanfaatkan untuk menampung 2 kelas.
 Selain itu, masih kurang terdapat sarana perdagangan dan jasa yaitu kurangnya pasar yang mampu dijangkau oleh penduduk. Kondisi ini ditemukan di Desa Nglandeyan dan Kalen yang sebagian besar penduduknya memilih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja di Pasar Merah yang terletak di Kecamatan Cepu.
Masalah ketersediaan prasarana lain adalah kurang pedulinya beberapa oknum perangkat desa terhadap sarana pemerintahan. Misalnya kondisi Kantor Desa Kalen yang kurang optimal dalam pelayanannya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik kantor yang kurang terawat dan berdasarkan penuturan Sekretaris Desa, kantor ini kurang aktif dalam pelayanannya.


 
5.       Kelembagaan
Banyaknya organisasi dan  lembaga – lembaga yang ada di masyarakat Kecamatan Kedungtuban memang menjadi suatu potensi karena dapatr memberikan sisi positif di kalangan masyarakat.
Namun pada kenyataannya, banyak organisasi atau lembaga masyarakat yang tidak aktif, minim kegiatan, serta minimnya pengurus. Ini menyebabkan banyak dari organisasi tersebut yang dibubarkan. Hal tersebut banyak terjadi di desa – desa di Kecamatan Kedungtuban yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Masalah yang kemudian muncul dengan banyaknya organisasi di kalangan masyarakat, adalah perbedaan pendapat dan pemahaman antar organisasi sejenis.
Seperti yang terjadi di Desa Kemantren. Terjadi konflik antara ormas islam di desa tersebut, yang melibatkan organisasi MTA, NU dan Muhammadiyah. Karena perbedaan pemahaman tersebut terjadi konflik di antaranya. Sebagai contohnya setiap ormas tersebut mendirikan masjid sendiri karena tidak dapat disatukan.

6.    Sosial
Masalah sosial yang terjadi di Kecamatan Kedungtuban adalah pemikiran masyarakat yang masih tradisional. Namun, meskipun kekeluargaan masyarakatnya masih kental, gotong royong dalampembangunan desa masih kurang. Dalam pembangunan desa, kesadaran masyarakat masih kurang. Masyarakat hanya besedia melakukan kerja bakti dalam pembangunan desa jika mendapatkan imbalan saja.


 



REKOMENDASI


Rekomendasi untuk Pembuat Keputusan
Rekomendasi yang ditujukan untuk pembuat keputusan (pemerintah) dibagi menjadi 2, yaitu jangka pendek – menengah dan jangka panjang.
a.       Jangka Pendek-Menengah
Rekomendasi untuk pembuat keputusan untuk jangka pendek dan menengah yaitu lebih menekankan kepada penambahan atau perbaikan sarana dan prasarana. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kualitas dan kuantitas dari fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Seperti sarana pendidikan, kesehatan dan perdagangan. Sedangkan dalam hal prasarana, yang perlu diperbaiki meliputi jaringan jalan, drainase, dan sanitasi.
Padahal sarana dan prasarana tersebut merupakan suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan, karena sarana dan prasarana tersebut merupakan hal pokok yang harus ada dan mengiringi di setiap aktivitas warganya. Namun berdasarkan jumlahnya sarana dan prasarana yang ada belum bisa melayani masyarakat secara maksimal, selain itu kondisi fisik dari sarana dan prasarana sudah tidak dalam keadaan baik lagi. Sehingga dibutuhkannya perbaikan – perbaikan agar sarana dan prasarana yang tersedia dapat digunakan dengan layak sebagaimana mestinya, serta dapat memenuhi kebutuhan warganya.
Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting. Karena dalam hal perbaikan atau penambahan fasilitas sarana dan prasarana, untuk swadaya dari masyarakat masih sulit, sehingga peran pemerintah masih sangat diperlukan.
b.      Jangka Panjang
Rekomendasi untuk pembuat keputusan untuk jangka panjang dapat dititikberatkan pada pengembangan sektor pertanian, kehutanan dan home industry. Karena apabila di Kecamatan Kedungtuban dikembangakam dalam skala besar dan diperluas lagi jaringannya maka hal ini akan menguntungkan perekonomian Kecamatan Kedungtuban itu sendiri. Apalagi dilihat dari sektor perekonomiannya, sebagian besar penduduk merupakan penduduk yang miskin.
Dengan demikian, apabila setiap potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Kedungtuban ini lebih di-explore dan dimanfaatkan lebih dari sebelumnya maka dapat meningkatkan perekonomi-an warga Kecamatan Kedungtuban. Kecamatan Kedungtuban terkenal dengan hasil pertanian dan kehutanannya, namun hasil pertanian dan kehutanan tersebut belum dikelola secara maksimal, sehingga perlu penanganan dari pemerintah untuk membantu memberikan sosialiasi atau penyuluhan. Selain itu banyak pula industri kecil rumahan atau home industry, sebagai contoh industri tempe, kerupuk, genteng, jamu, dan sepatu. Namun industri kecil yang ada tersebut tidak berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karenanya dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah agar industri dapat berkembang, memperluas jaringan serta dapat menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian pada akhirnya pada jangka panjang akan membantu meningkatkan perekonomi-an daerah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar